Hanya dengan 400 prajurit, Ertugrul berhasil membalikkan keadaan, mendesak pasukan Romawi Timur, dan akhirnya membawa kemenangan bagi kaum Muslim.
Sultan Seljuk, Alaeddin Kayqubad I, terkesan dengan keberanian Ertugrul dan mengundangnya untuk berterima kasih secara langsung.
Dalam pertemuan itu, Sultan bertanya, "Mengapa Anda menolong kami sehingga kami bisa memenangkan pertempuran ini?"
Ertugrul menjawab dengan penuh keyakinan, "Karena kami adalah Muslim, dan agama kami menyerukan untuk membela kebenaran serta menolong yang tertindas. Musuh kalian juga adalah musuh kami, yakni kaum Mongol dan Bizantium."
Kisah heroik ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam dan perjalanan panjang menuju terbentuknya Kekhalifahan Utsmaniyah.
Pada tahun 1230, Ertugrul sekali lagi diminta untuk membantu Kesultanan Seljuk dalam melawan Bizantium.
Atas jasanya, Sultan Alaeddin Kayqubad I menganugerahkan wilayah Karaca Dag, sebuah pegunungan dekat Ankara.
Di sana, Ertugrul memimpin wilayah baru dan bertugas menjaga perbatasan dari ancaman musuh.
Seiring waktu, Ertugrul juga berhasil membebaskan desa Sogut, yang kemudian menjadi basis bagi terbentuknya dinasti Utsmaniyah.
Meski dimulai dari 100 keluarga dan 400 prajurit kecil, langkah Ertugrul di Sogut menjadi fondasi berdirinya Kekhalifahan Utsmaniyah yang bertahan hingga enam abad.
Kekhalifahan ini berkembang menjadi salah satu kekuatan besar dunia, membentang dari Persia di timur hingga Samudra Atlantik di barat, mencakup wilayah sekitar 6 juta kilometer persegi.
Setelah wafatnya Sultan Alaeddin Kayqubad I, Kesultanan Seljuk mulai melemah, dikepung oleh tekanan dari Mongol dan Bizantium.
Dalam kondisi ini, Ertugrul berhasil memperkuat pasukannya, menjadikannya salah satu kekuatan militer yang tangguh dan berani.
Banyak kota Romawi berhasil dibebaskan di bawah kepemimpinannya, dan suara azan berkumandang di atas kota-kota yang dulunya berada di bawah kekuasaan Bizantium.