Yang maksudnya adalah iran akan terus mempertahankan aturan Islam dan menindak perbedaan pendapat, memperkaya uranium, mendukung kelompok bersenjata di Timur Tengah dan memandang negara barat dan sekutunya sebagai ancaman.
Seperti yang kita tahu bahwa Israel dan sekutunya menganggap Iran sebagai ancaman besar.
Karena program nuklir Teheran, rudal balistik nya dan dukungan Iran terhadap kelompok bersenjata yang ingin menghancurkan Israel.
Sebelum kematian Ebrahim Raisi, ia sempat mengatakan bahwa, “rezim Zionis Israel telah melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina selama 75 tahun.”
Baca Juga: Sosok Mohammad Mokhber: Lulusan PhD Hukum Internasional yang Menjadi Presiden Sementara Iran
“Pertama-tama kita harus mengusir para perampas kekuasaan, kedua kita harus membuat mereka membayar semua kerugian yang mereka timbulkan, dan ketiga, kita harus mengadili para penindas dan perampas kekuasaan,” tambahnya.
Pengalihan kekuasaan dari pemimpin tertinggi ke putranya dapat memicu kemarahan, tidak hanya di kalangan masyarakat Iran yang sudah kritis terhadap pemerintahan ulama, tetapi juga para pendukung sistem yang mungkin menganggapnya tidak Islami.
Sanksi Barat terkait program nuklir telah menghancurkan perekonomian Iran.
Dan penegakan aturan Islam, yang semakin parah di bawah kepemimpinan Ebrahim Raisi, semakin mengasingkan perempuan dan generasi muda.
Namun kematian Ebrahim Raisi ini dapat membuat pengalihan pemimpin tertinggi baru menjadi lebih rumit dan memicu lebih banyak keresahan seperti kemarahan di kalangan masyarakat yang kritis terhadap pemerintahan ulama, tetapi juga para pendukung sistem-sistem pemerintahan yang tidak islami.***