GENMUSLIM.id - Hamas telah mengumumkan rencana gencatan senjata dengan Israel di Palestina, yang memicu harapan untuk mengakhiri perang setelah 124 hari pemboman dan invasi darat di jalur tersebut.
Dilansir Genmuslim dari website Aljazera.com Kamis 8 Februari 2024, serangan Israel di Palestina sejak 7 oktober mengakibatkan 27.585 orang tewas dan 66.978 orang luka-luka.
Ribuan lainnya hilang di bawah reruntuhan dan diperkirakan tewas. Kekhawatiran meningkat sejak invasi darat militer ke Rafah, Palestina, kota terakhir yang bertahan di kawasan tersebut.
Rencana perdamaian Hamas sudah diajukan kepada mediator dari Qatar dan Mesir yang telah mengadakan perundingan dengan Israel dan Amerika Serikat dalam upaya diplomatik tingkat tinggi untuk mengakhiri perang.
Hamas telah mengusulkan proses gencatan senjata selama tiga tahap yang akan membebaskan sandera dan tahanan dari kedua sisi. Berikut isi proposal gencatan senjata tersebut:
Tahap Pertama, dalam 45 hari pertama Hamas mengusulkan untuk membebaskan semua tawanan perempuan Israel disandera kelompok tersebut pada 7 oktober. Tawanan laki-laki di bawah usia 19 tahun dan yang bukan anggota atau wajib militer di angkatan bersenjata Israel, orang tua dan orang sakit akan dibebaskan.
Sebagai imbalan, Hamas ingin Israel membebaskan 1.500 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, termasuk semua wanita, anak-anak dan orang lanjut usia.
Tahap kedua, juga berlangsung selama 45 hari, Hamas akan membebaskan semua tawanan laki-laki Israel yang tersisa dan sebagai imbalannya pasukan Israel akan mundur dari seluruh wilayah Gaza.
Hamas mengharap bantuan kemanusiaan diperbolehkan masuk ke Gaza, dan infrastruktur yang rusak harus di bangun kembali.
Tahap ketiga, terakhir Hamas mengusulkan agar kedua belah pihak akan melepaskan jenazah atau jenazah yang masih berada pada tahap ini setelah melalui proses identifikasi.
Segala tindakan kemanusiaan yang disepakati pada tahap pertama dan kedua harus dilanjutkan.
Adapun reaksi dari Israel mengenai proposal gencatan senjata yang diajukan Hamas Mossad, Badan Intelejen Luar Negeri Israel masih mengevaluasi proposal tersebut dan belum memberikan tanggapan.