GENMUSLIM.id - Meskipun film The Lorax merupakan film kartun yang diadaptasi dari buku garapan Dr. Seuss, satu persatu pesan didalamnya memang nyata, salah satunya gaya parenting yang biasa diterapkan oleh orang Indonesia dari anak generasi sandwich.
Menurut Kemenkopmk, Indonesia memiliki generasi sandwich sejumlah 70,72 persen dari total jumlah penduduk, hal ini selain dipengaruhi budaya ternyata juga disebabkan oleh gaya parenting masyarakatnya.
Selain karena dampak dari negara berkembang, generasi sandwich juga disebabkan oleh budaya Indonesia yang sangat kekerabatan atau tergantung secara emosional/psikologis terhadap keluarga, akhirnya meluas terhadap gaya parenting yang dipilih.
Hal ini dibuktikan oleh Puspitasari dkk. dalam jurnal Sociological Demography Press: A Review Study bahwa gaya parenting keluarga di Indonesia yang cenderung bersifat menuntut anak untuk bersaing, berkompetisi, dan mandiri ini juga meluas dari budaya masyarakat Indonesia untuk tergantungan secara psikologis/emosional.
Baca Juga: Apakah Kamu Termasuk Generasi Sandwich? Cari Tahu Arti, Penyebab dan Solusinya Di Sini!
Gambaran ini sejalan dengan tayangan dalam film The lorax yang mengisahkan tentang anak bernama Once-ler yang selalu dituntut orangtuanya untuk sukses.
Jika anak tidak berhasil memenuhi tuntutan tersebut, keluarga enggan mengakui Once-ler sebagai anak.
Padahal, hal itu dilakukan keluarganya hanya karena orangtua beserta kakak-kakak, adik-adik, bahkan neneknya berharap ingin menumpang hidup kepada Once-ler.
Siapa sangka, tuntutan yang sering dibebankan kepada anak dengan dalih untuk "balas budi" kepada orangtua bisa berkontribusi terhadap membludaknya generasi sandwich.
Menurut penelitian Puspitasari dkk. menuntut anak untuk berkompetisi ini sebenarnya dilakukan oleh keluarga demi pencapaian diri pribadi.
Entah pencapaian dalam keberhasilan mendidik, mendukung kesuksesan anak, atau sekedar 'menumpang kebanggaan' dihadapan tetangganya.
Sehingga, prestasi anak-anak dapat diklaim sebagai prestasi keluarga alias reputasi keluarga akhirnya bergantung pada prestasi anak-anak.
Film ini sebenarnya mengajak anak-anak muda untuk mencintai bumi dan mengelola lingkungan dengan baik, bukan hanya sekedar mengeruk hasil bumi demi sebuah kesuksesan pribadi sementara bumi diracuni.
