Dalam puisi yang bertemakan kerinduan kali ini, dikhususkan pada kerinduan tentang Ibu yang telah tiada.
Puisi ini mengandung rasa penyesalan yang dalam, dari seorang anak untuk Ibunya yang telah tiada.
Sebelum mulai masuk pada isi puisi yang membahas tentang kerinduan pada Ibu, kita bisa coba mulai ingat kembali pengorbanan yang telah dilakukan Ibu, maupun Ayah, dalam membesarkan dan mengusahakan kebahagiaan anaknya.
Terkadang ada kebohongan-kebohongan kecil yang dilakukan Ibu maupun Ayah, hanya demi melihat senyum di wajah anaknya.
Terkadang ada kebohongan-kebohongan kecil yang dilakukan Ibu serta Ayah, dan kita anggap itu adalah sebuah perbuatan yang seharusnya, hal yang lumrah.
Seorang anak tak akan mampu sadar sampai ia tidak menjadi anak-anak lagi, bahwa pada senyum yang tercipta, ada pengorbanan dan luka yang disembunyikan.
Inilah puisi kerinduan tentang Ibu:
Ada satu ayat Tuhan yang tak berlaku
Pada dunia di dalam kamu
Dalam rumus-rumus tentang kejujuran
Yang tak mampu aku terjemahkan
Jujur cintamu;
Apakah tentang mengatakan ketidakjujuran sebagai wujud kejujuran?
Ataukah tentang menyuarakan kejujuran dalam wujud ketidakjujuran?
Laparmu tak kau rasa
Katamu sedang puasa
Kau bahagia membagi semua
Aku buta, melahap tak bersisa
Yang ku tahu jujur adalah anjuran dalam tiap agama
Tapi mengapa kau berdusta?
Jujur cintamu;
Ternyata adalah tentang mengatakan ketidakjujuran sebagai wujud kejujuran
Ternyata adalah tentang menyuarakan kejujuran dalam wujud ketidakjujuran
Padaku, kau selalu senyum mempesona
Sedang sakitmu tak pernah kau rasa
"Faktor usia"
Katamu saat kutanya
Kau sendirian menahan luka
Aku bagai raja, paksa bermanja
Aku yang durhaka atau kau yang pendusta?
Ada satu ayat Tuhan yang tak berlaku
Pada dunia di dalam kamu
Dalam koin kejujuran yang dimainkan
Yang tak pernah sama kami melihat sisinya
Pada dunia di dalam kamu
Dalam sisi kejujuranmu
Hanyalah ketidakjujuran yang diperlihatkan
Pada dunia di dalam kamu
Dalam pekat yang dirasa
Hanya cahaya yang ditampakkan
Apa aku yang buta
Atau kau yang pandai bermain rahasia?
Apa aku yang durhaka
Atau kau yang mahir menyimpan luka?
Hingga pada keterlambatan, yang hadir hanyalah kekecewaan
Sampai pada penyesalan, yang datang adalah jawaban kebenaran
Entah aku yang durhaka, atau..
Ah , maaf aku memang durhaka.
Ibu..
Selamat jalan.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.