fiksi

Cerpen Tema Persahabatan: Kisah Diara dan Kinaya, Sepasang Sahabat yang Saling Membantu Sama Lain

Jumat, 11 Agustus 2023 | 09:20 WIB
Cerpen tema persahabatan Diara dan Kinaya ((Foto: GENMUSLIM.id/ dok: Pixabay/HtcHnm))

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu saja. Bukan hal yang penting, kok. Mungkin hanya perasaanmu saja, Diara."

"Bukan masalah ayahmu, 'kan?" Aku sedikit memicingkan mata, mencoba mengorek informasi darinya.

Wajahnya sedikit terkesiap mendengar pertanyaanku. Ia segera memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapanku.

"Jangan khawatir, Diara. Aku baik-baik saja."

Baca Juga: Cerpen Psikologi Islami: Memaafkan Jalan Menuju Kebahagiaan

Gadis itu segera menutup percakapan, seakan melarangku bertanya lebih lanjut. Aku hanya menghela napas panjang saat melihatnya fokus menulis sesuatu di bukunya, dan tak ingin berbincang denganku lagi.

Selama beberapa hari terakhir, Kinaya terus menjauhiku. Entah apa alasannya, ia langsung menghindar saat aku mencoba menghampirinya. Dan pada hari ini, mendadak gadis itu tak masuk sekolah tanpa izin apapun.

"Apakah karena pembicaraan hari itu ia menghindariku?" gumamku. Hal ini sedikit membuatku frustrasi. Aku tak bisa menanyakan kabarnya karena perang dingin yang Kinaya bangun.

"Sepertinya aku harus ke rumahnya. Semoga saja dia tak menghindar lagi dariku."

Aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya selepas sekolah. Sejujurnya, aku belum pernah bertandang ke rumah Kinaya, karena ia tak pernah memberi tahu alamat rumahnya. Setelah mencari tahu dari Ruang Tata Usaha, aku segera bergegas ke sana.

Baca Juga: Cerpen Bertemakan Teknologi: Cahaya di Tengah Gelapnya Kota Teknologi

Rumah Kinaya begitu minimalis dengan beberapa tanaman di depannya. Sejenak, aku mengagumi penataan tanaman yang begitu apik di rumah Kinaya. Aku segera tersadar dan bergegas mengetuk pintu. Tetapi, sebelum aku mengetuknya, sebuah suara pecahan terdengar di telingaku.

Refleks, aku mendorong pintu dengan keras. Keadaan di dalam rumah berbanding terbalik dengan yang di luar. Pecahan kaca bertebaran di mana-mana, ditambah lagi dengan kursi serta meja yang terguling.

"Kinaya!" Aku tak mempedulikan pecahan kaca yang tersebar di lantai, dan segera berlari menuju sesosok gadis yang tengah terduduk di lantai.

"Diara? Ke ... kenapa kamu ke sini?" tanyanya sedikit terbata-bata. Aku mengabaikan pertanyaannya, dan memeriksa luka lebam di sudut bibirnya. Aku juga melihat beberapa goresan luka tertoreh di lengan serta kakinya.

Halaman:

Tags

Terkini