Kesabaran Setipis Tisu Tidak Dianjurkan Membacanya, Cerpen Kehidupan: Menjadi Bapak Tua dengan Sebal

Photo Author
- Senin, 11 September 2023 | 17:15 WIB
Bapak Tua tidak diajarkan dalam cerpen kehidupan (GENMUSLIM.id/dok: Canva)
Bapak Tua tidak diajarkan dalam cerpen kehidupan (GENMUSLIM.id/dok: Canva)
 
GENMUSLIM.id— Kehidupan memang dipenuhi dengan berbagai manusia dan berjuta karakter berbeda, termasuk kehidupan dalam cerpen.
 
Cerpen selalu dapat memberikan cerita lewat sudut pandang tersendiri tentang kehidupan, entah itu adalah sebuah kekesalan atau sekadar kesenangan.
 
Tidak ada yang tau kehidupan berjalan bagaimana ke depannya memang, hanya menjalani yang saat ini kita terima dan merencanakan dengan persiapan sebaik-baiknya. Berbeda dengan cerpen yang bisa kita lihat langsung di akhir ending setelah membacanya.
 
Seperti cerpen kehidupan kali ini, sangat absurd dan menguras emosi. Silakan membaca....
 
 
Duduk memandangi seorang yang tengah asik bicara menggunakan mic, seorang tua yang berkata akan datang pukul dua malah berakhir batang hidungnya terlihat pukul empat.
 
Rasa ingin ku pukul sebanyak empat kali wajah seram Bapak tua itu. Belum lagi kalau ia sering kali berkata 'tidak diajarkan' hanya karena anak kecil itu tidak menjawab pertanyaannya.
 
Belum lagi anak-anak yang dibiarkannya mendengarkan celoteh seperti dongeng tanpa makan dan minum hampir tiga jam lamanya.
 
Bapak tua itu bukan sekali dua kali mengucapkan klausa 'tidak diajarkan' di hadapan anak-anak dengan pertanyaan tak masuk akal untuk anak kelas satu sekolah dasar.
 
Ia datang bersama rombongan yang entah dari mana, meminta data dan bersosialisasi atas nama agama.
 
 
Tidak. Aku bukan kaum liberalis yang memisahkan agama dengan kehidupan, hanya mereka seperti hendak mencubit satu demi satu anak apabila tidak bisa membaca Alif ba ta.
 
Di sisi lain ruang Aku melihat kehidupan lain beraktivitas, membagi dengan riang senyum cerah dari sepasang suami istri, termasuk bapak tua juga.
 
Mereka membagi dua tiga empat dan seterusnya nametag yang berkode warna, beras diturunkan dan ada beberapa amplop merah digenggam pembawa acara. 
 
Tidak butuh waktu lama, Aku juga membenci pembawa acara itu. Ia mengucapkan dengan gamblang semua yang belum pas di usia tujuh tahun.
 
Acara berlangsung sangat rumit, karpet ke sana karpet ke sini. Anak ditarik dikatakan tidak diajari. Lagi-lagi pelakunya Bapak Tua itu. 
 
Diberikan kehidupan lebih dari usia Rasulullah, harusnya sadar ada yang belum selesai di dunia. Sakit-sakit dari banyak orang misalnya.
 
 
Tiba-tiba semua anak tertawa terbahak, melihat sesuatu di depan yang tidak Aku pahami kenapa ada di depan sana.
 
Bapak tua tentu kebingungan menggunakannya, belum lagi memang benda itu error apabila tidak biasa.
 
Aku tertawa kecil melihat bapak tua yang masih diberi kehidupan hingga menjadi tua yang menyebalkan itu.
 
Ia masih stay cool dan meminta bapak tua lainnya untuk membantu.
 
Kubiarkan kehidupan benda itu tertunda, biar ia sedikit pusing dan belajar.
 
Seorang anak berteriak tiba-tiba tentang "tidak diajarkan'', kini Aku yang tertawa keras sekali hingga memancing semua orang melihat.
 
 
Memang tantangan berat gen alpha adalah teknologi, seperti Bapak Tua ini tentunya.
 
Akhirnya Aku maju ke depan dan membantu setelah ke-gap sedang menertawakan mereka.
 
Kehidupan memang tak adil, saat aku menanyakan bagaimana perasaan Bapak Tua saat dibilang tidak diajarkan oleh anak-anak, maka ia langsung meledak dengan wajah merah padamnya.
 
Sejujurnya aku takut meski dia hanya diam. Tapi, Bapak Tua tidak marah denganku.
 
Entahlah ya, lagi-lagi kehidupan memang tak adil. Orang akan mudah menyudutkan yang lemah. Hukum rimba kembali seperti hewan.
 
Bapak Tua kembali berceloteh hingga jingga terlihat jelas sekali. Sekali saja, karena setelah itu tertutup 'awan'.
 
Bapak Tua semakin menjadi mengatakan klausa andalannya. Tidak diajarkan. Harusnya ia banyak bersyukur kehidupannya masih berlanjut supaya bisa taubat.
 
Seusai semuanya, acara dibubarkan. Pulang mengomentari semua cantik di tempat itu, tetapi tidak sedikit pun wajah bahagia tulus tergambarkan.
 
Anak-anak juga pulang dengan wperut lapar kosong melompong.
 
Aku termenung kembali.
 
Semua beberes, Aku hanya memandangi kepergian bapak tua yang tidak diajarkan sopan santun pada pedang paling tajam di kehidupan.
 
Lalu pikiranku teralihkan, sebenarnya aku tengah menjadi muda yang menyebalkan juga ya. ***
 
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Febrilian Zulrahman, S. Kom

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X