ragam

Kisah Sedih Kakek Hendra, Penjual Donat dan Gemblong yang Hidup Sebatang Kara di Usia Senja

Rabu, 11 September 2024 | 12:01 WIB
kisah sedih kakek hendra berjualan donat dan menghadapi kehidupan dengan lapang dada (Foto: GENMUSLIM.id/dok: Instagram @partners_in_goodness)

GENMUSLIM.id - Kakek Hendra, seorang penjual donat dan gemblong berusia 77 tahun. Beliau tinggal di Kampung Cienggong, Desa Cisalada, Cigombong, Bogor, Jawa Barat.

Dalam kesehariannya kakek Hendra berkeliling memikul gerobak berjualan donat dan gemblong.

Dilansir oleh GENMUSLIM dari Instagram @partners_in_goodness Rabu 11 September 2024. Donat dan gemblong yang beliau jual adalah milik bosnya, kakek Hendra menjajakannya seharga seribu rupiah.

Rp750 harus disetorkan kepada pemilik donat dan keuntungannya Rp250 perdonat jadi milik kakek Hendra.

 Baca Juga: Kisah Sedih Keteguhan Kakek Sarkim, Seorang Pedagang Kopi Keliling yang Menghadapi Beratnya Hidup di Usia Senja

Kakek Hendra keluar sejak pagi dan berjalan dari kampung Kambing Sentul hingga Jalan Baru Bogor.

Jika terjual sedikit, maka kakek Hendra akan terus berjualan hingga malam hari. Penghasilannya yang beliau dapatkan rata-rata Rp20.000 perharinya.

Kakek Hendra seringkali berjualan sambil melaksanakan puasa sunnah Daud, alasannya selain untuk beribadah juga karena beliau dapat menghemat makan.

Kakek Hendra tinggal bersama teman-teman beliau disebuah kontrakan yang dibayari oleh pemilik donat yang kakek Hendra jajakan, tetapi untuk makan, kakek harus menanggung sendiri.

Seringkali pula kakek merasa sakit-sakitan hingga terjatuh ketika berjualan saat hujan, karena kaki kakek yang tidak kuat menahan pikulan dan berjalan dijalan yang licin.

Ada yang mengiris hati dari cerita kakek Hendra, kakek hidup sendiri karena istri dan ketiga anaknya sudah meninggal dan hanya tinggal satu anak beliau yang jarang sekali memberi kabar.

Baca Juga: Kisah Inspiratif dan Haru Kakek Endang, Terbaring Sakit di Depan Teras Rumah Orang Lain, Hanya dengan Beralaskan Kasur Tipis

Kakek merasa sangat kesepian. Bahkan beliau menulis nama istri dan keempat anaknya di gerobak yang setiap hari beliau pikul untuk meredakan rasa rindunya.

Saat terberat kakek dalam menjalani hidup ialah saat lebaran karena kakek tidak punya keluarga dan kakek hanya bisa pergi ke masjid sambil menangis karena rindu dengan istri dan anak-anaknya.

Halaman:

Tags

Terkini