GENMUSLIM.id - Wakil Ketua KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Dr. Jasra Putra, S.Fil.I, M. Pd., mengujungi SMA Islam NFBS Serang pada hari Sabtu, 7 September 2024.
Dalam kunjungannya, Dr. Jasra Putra ditemani oleh Drs. Kawiyan, M.I.Kom., yang merupakan Anggota Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Kedatangan jajaran komisioner KPAI Pusat ini, merupakan jawaban atas undangan yang dilayangkan oleh Tim PPK (Pembinaan dan Penguatan Karakter) SMA Islam NFBS Serang untuk mengisi Seminar Penguatan Karakter, berkenaan dengan Bullying dan Pergaulan Bebas.
Hal yang melatarbelakangi adanya seminar tersebut ialah maraknya isu pembullyan yang terjadi di kalangan pelajar Indonesia.
Baca Juga: SMA Islam NFBS Serang Sahkan Klub Literasi Sekolah, Berikut Latar Belakang Pengesahannya!
Dalam paparan materinya, Drs. Kawiyan, M.I.Kom menyampaikan bahaya cyber bullying yang kerap terjadi menerpa para pelajar Indonesia.
Salah satu bahaya yang sangat berpengaruh pada keadaan psikis pelajar ialah rendah diri.
"Anak-anakku, dari cyber bully ini dampak yang akan berpengaruh pada keadaan psikis korban adalah rendah diri. Apa contohnya? Menghina, mengumpat, berbicara kotor, dll. Tentu kita semua yang ada di sini kalau dihina, dikata-katai akan merasa minder, malu, dan tidak percaya diri bukan? Terlebih di media sosial ya? Maka jangan sampai kita menjadi pelaku cyber bullying tersebut." Ujar Drs. Kawiyan.
Dewasa ini, dalam gegap gempitanya arus kemajuan teknologi di kalangan masyarakat, membuat pola komunikasi dan sosialisasi berubah sangat dinamis dan fluktuatif.
Hal itulah yang menyebabkan para pelajar Indonesia, sangat rentan akan terpaparnya etika buruk, dari alur komunikasi yang dilakukan pada saat mereka bersosialisasi dengan teman sebaya di lingkungan bermainnya, terlebih di media sosial.
Tidak hanya dari sisi buruknya pola komunikasi pelajar di media sosial, Drs. Kawiyan pula menyampaikan hal yang sangat berbahaya dari dampak Cyber bullying, yaitu Child Grooming.
Child Grooming merupakan tindakan mengunggah foto erotis pelajar untuk keperluan pemerasan.
"Ada pula kasus penyebaran foto yang berbau pornografi dengan cara diedit yang digunakan untuk memeras korban dengan ancaman kalau tidak ngasih uang, maka fotonya akan disebarkan. Hal ini pada akhirnya membuat korban frustasi dan berujung pada bunuh diri." Jelas Drs. Kawiyan.