Sobat Muslim,mungkin juga pernah mendengar tentang mendidik anak dengan metode helikopter dalam parenting.
Nah kali ini, akan dibahas dampak dari salah satu gaya parenting yakni mendidik dengan metode helikopter.
Dikutip Genmusli dari situs resmi Parents.com, pola asuh helikopter adalah gaya pengasuhan di mana pengasuh sangat terlibat dalam kehidupan anak mereka.
Mereka yang menggunakan gaya parenting ini, berdampak negatif pada kesehatan mental anak, citra diri, keterampilan mengatasi masalah, serta banyak lagi.
“Mereka biasanya mengambil terlalu banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anak mereka dan, khususnya, keberhasilan atau kegagalan mereka,” kata Carolyn Daitch, Ph.D., sebagai direktur Pusat Perawatan Gangguan Kecemasan dekat Detroit.
Ann Dunnewold, Ph.D., seorang psikolog berlisensi dan penulis Even June Cleaver mengatakan bahwa gaya parenting dengan metode helikopter hanyalah pola asuh yang berlebihan.
“Ini berarti terlibat dalam kehidupan seorang anak dengan cara yang terlalu mengontrol, terlalu melindungi, dan terlalu menyempurnakan, dengan cara yang melebihi pola asuh yang bertanggung jawab,” kata Dr. Dunnewold.
Dr. Dunnewold memberikan contoh parenting menggunakan metode helikopter “Pada masa balita, orang tua helikopter mungkin terus-menerus membayangi anak tersebut, selalu mempermainkan dan mengarahkan perilakunya, sehingga tidak memberinya waktu sendirian,” jelas Dr. Dunnewold.
Kemudian sewaktu di sekolah dasar, orang tua yang menggunakan metode helikopter mungkin memastikan seorang anak mendapatkan guru atau pelatih tertentu.
Bahkan dalam hal memilih teman dan aktivitas anak, atau memberikan bantuan yang tidak proporsional dalam anak mengerjakam pekerjaan rumah dan proyek sekolah.
Berikut 5 dampak parenting dengan menggunakan metode helikopter bagi anak :
1.Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri seorang anak
“Masalah utama dari pola asuh helikopter adalah dapat menjadi bumerang,” kata Dr. Dunnewold. Anak - anak merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu sendirian yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan diri mereka.
2.Keterampilan meniru yang belum berkembang
Jika orang tua terlalu berperan terhadap segala hal yang dilakukan oleh anak maka anak tidak akan belajar mengatasi kekecewaan, kehilangan, atau kegagalan. Akibatnya, pola asuh helikopter dapat menimbulkan perilaku maladaptif.
Pada sebuah penelitian di Psikologi Perkembangan pada tahun 2018 menemukan bahwa orang tua yang terlalu mengontrol dapat mengganggu kemampuan anak mereka dalam mengatur emosi dan perilaku.
Penelitian lain menemukan bahwa anak-anak yang mengalami pola asuh helikopter dari sang orang tua memiliki rasa percaya diri dan impulsif yang berlebihan.
3.Meningkatnya kecemasan
Pada tahun 2014 ada sebuah study yang diterbitkan dalam Journal of Child and Family Studies menemukan bahwa pola asuh yang berlebihan dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi anak yang lebih tinggi.
Para peneliti menemukan hal yang sama terhadap para mahasiswa yang orang tuanya terlalu ikut terlibat pada kehidupannya.
4. Memiliki perasaan berhak
Anak yang pada kehidupan sosial, akademis, dan atletiknya selalu disesuaikan oleh keinginan orang tuanya, akan terbiasa untuk selalu menuruti kemauannya sendiri, sehingga menimbulkan rasa berhak terhadap sesuatu.
5.Membuat anak memiliki keterampilan hidup yang belum dikembangkan
Banyak kasus orang tua yang selalu mengikat sepatu, membersihkan piring, mengemas bekal makan siang, mencuci pakaian, dan memantau kemajuan sekolah.
Bahkan setelah an sudah mampu secara mental dan fisik melakukan tugas tersebutmembuat anak tidak bisa / terampil melakukan hal - hal ini.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.