Meskipun sistem berbasis komputer diharapkan dapat mengurangi kemungkinan adanya manipulasi data, beberapa kalangan tetap merasa khawatir akan munculnya praktik curang dalam proses ujian.
Namun, belajar dari pengalaman masa lalu seperti penerapan ujian EBTANAS, yang merupakan bentuk ujian seleksi yang juga berbasis standar dan tidak digunakan untuk kelulusan, diharapkan bisa menjadi pelajaran berharga dalam menjaga integritas sistem.
Seiring dengan rencana ini, pemerintah juga berusaha untuk memastikan bahwa ujian ini dilaksanakan dengan transparansi dan integritas yang tinggi.
Dengan menggunakan TKA, yang berbasis komputer, diharapkan proses ujian akan lebih terukur, terstandarisasi, dan memiliki nilai yang lebih jelas.
Baca Juga: Miris! Siswa SMP Sindir Presiden Prabowo Gara Gara Program Makan Bergizi Gratis Tak Kunjung Datang
TKA pun menjadi langkah maju dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih objektif, menghilangkan ketidakadilan yang mungkin terjadi akibat ketidakseragaman dalam penilaian antar sekolah.
Pada akhirnya, dengan digantinya ANBK dengan TKA, diharapkan seleksi pendidikan lebih tinggi bisa menjadi lebih adil, transparan, dan terstandarisasi.
TKA akan menjadi alat yang tidak hanya menilai kemampuan akademik siswa secara objektif, tetapi juga menjadi penentu kelulusan dan seleksi masuk perguruan tinggi yang lebih adil.
Ke depannya, seluruh pihak terkait perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa TKA ini dapat dijalankan dengan baik, tanpa adanya potensi kecurangan yang merusak integritas sistem pendidikan di Indonesia.***
