Sang ibu kemudian berkata, "sesungguhnya, Syafii adalah anakku. Tolong sampaikan padanya, ia diperbolehkan untuk pulang."
Kabar itu langsung diterima dan diteruskan kepada Imam Syafii.
Mendengar hal ini dan tanpa menunda, sang Imam pun bersiap untuk pulang pada sang Ibunda.
Para murid dan masyarakat yang telah merasakan manisnya ilmu dari yang diajarkan Imam Syafii memberikan banyak perbekalan.
Hingga Imam Syafii membawa hampir 100 unta beserta harta dalam perjalanannya untuk pulang kepada sang Ibunda.
Namun sesampainya di Mekkah, sang Ibunda menolak untuk membukakan pintu seraya berkata, "aku membiarkan mu pergi untuk mencari ilmu, bukan untuk mengumpulkan harta dunia."
Mendengar hal itu sang Imam kemudian mengumpulkan seluruh orang miskin di kota Mekkah untuk membagikan unta dan harta yang dibawanya hingga tersisa kitab dan catatan hasil belajarnya saja.
Melihat hal tersebut, sang Ibunda membuka pintu rumahnya, memeluk sang Imam dengan penuh rasa bangga sambil tangannya terulur mengusap kepala sang Imam dengan rasa sayang yang luar biasa.
Baca Juga: Tips Parenting: 5 Strategi untuk Membangun Karakter Anak Menjadi Pribadi Penurut pada Orang Tua
"Selamat datang anakku, engkau sudah berhasil menjadi Imam besar," ucap sang Ibunda.
Inilah sedikit kisah pengasuhan atau parenting yang diterapkan oleh ibunda Imam Syafii.
Sang Ibunda tidak pernah mengharapkan anaknya menjadi pengumpul harta duniawi semata, bahkan saat dunia datang kepadanya sang ibunda menolak dan enggan menerima.***