GENMUSLIM.id – Dunia Parenting berkembang pesat seiring waktu berlalu, karena dalam beberapa tahun terakhir, teknik hypnoparenting ramai menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat.
Hypnoparenting cukup kontroversial dan menuai banyak pro kontra terhadap tingkat keberhasilan dan metode yang digunakannya.
Teknik Hypnoparenting sering digunakan untuk anak-anak yang memiliki masalah seperti mengompol, tidak percaya diri, malas, dll.
Baca Juga: Mendukung Pertumbuhan Emosional Anak: 5 Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Kepada Anak
Menurut Agus Sutiyono dalam bukunya yang berjudul Dahsyatnya Hypnoparenting, Hypnoparenting adalah perpaduan dua pengetahuan yang akan menghasilkan sebuah mekanisme kerja pada pembentukan karakter dan kepribadian manusia.
Prinsip kerja yang digunakan pada hypnoparenting adalah hipnosis dengan pengetahuan tentang bagaimana mendidik dan menjadi orang tua yang mampu memahami perkembangan anak.
Dengan kata lain, Hypnoparenting adalah metode penerapan pola asuh yang menanamkan pemberian sugesti positif kepada anak secara berulang.
Teknik hypnosis ini tidak sama dengan apa yang ada pada tayangan reality show di televisi. Hipnosis tidak bisa membuat seseorang langsung melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya.
Dalam Hypnoparenting orang tua memang memberikan sugesti kepada alam bawah sadar, akan tetapi anak sendirilah yang akan menentukan akan mengikuti sugesti tersebut atau tidak.
Rita Eka, dosen psikologi dari Universitas Negeri Yogyakarta, menjelaskan bahwa pada dasarnya hanya 5% dari otak yang bersikap melawan, sedangkan 95% lainnya adalah otak bawah sadar yang mudah dikendalikan oleh orang lain dan lingkungan sekitar.
Biasanya Teknik hypnoparenting dilakukan oleh terapis profesional. Namun, jangan khawatir, orang tua juga bisa melakukannya sendiri di rumah.
Teknik ini mudah diaplikasikan. Bahkan bisa jadi selama ini banyak orang tua yang sudah menerapkannya secara tidak sadar.
Hipnosis dapat dilakukan saat anak sedang rileks dan tenang. Atau saat anak berada dalam gelombang theta. Biasanya terjadi saat anak menjelang tidur.
Pada kondisi ini, anak akan lebih mudah menerima perkataan orang tua dibandingkan pada saat ia sadar.
