nasional

Di Balik Kasus Bullying Timothy Anugerah, Ada Beratnya Konsekuensi Sosial dan Psikologis yang Ditimbulkan

Minggu, 19 Oktober 2025 | 20:34 WIB
Menyoroti skandal perundungan yang membayangi kasus kematian Timothy Anugerah di kampus Universitas Udayana (Foto: GENMUSLIM.id/dok: X @Meta80ki)

Meski begitu, sumber internal menyebut empat nama itu hanya sebagian dari total sembilan orang yang diduga terlibat.

Beberapa di antaranya berasal dari fakultas lain seperti Kedokteran serta Kelautan dan Perikanan.

Berkaca dari hal itu, tragedi yang membayangi kematian Timothy tersebut juga memperlihatkan perilaku bullying bukan hanya pelanggaran etika, tetapi juga bentuk kekerasan psikologis yang bisa berujung fatal.

Korban bukan sekadar kehilangan rasa aman, tetapi juga terkikis harga dirinya. Luka semacam ini jarang tampak, tetapi meninggalkan dampak panjang terhadap mental dan kehidupan sosial korban.

Baca Juga: Ospek dan Polemik Cium Kening antar Mahasiswa Baru di Unsri: Islam Tegaskan Haramnya Bullying dan Bahaya Gila Hormat

Luka yang Tak Terlihat

Peneliti sosial, Emma Jones dalam karya bukunya berjudul "Should Bullying Be a Crime? (2020)" menilai perundungan dapat menghancurkan kepercayaan diri seseorang.

“Bullying bukan sekadar pelanggaran etika, melainkan kekerasan psikososial yang dapat mengikis martabat, menghancurkan kepercayaan diri, dan bahkan merenggut nyawa,” tulis Emma Jones.

Pernyataan itu menggambarkan kenyataan pahit yang kini menjadi sorotan dalam kasus perundungan yang dialami Timothy.

Terlebih, tindakan yang sering dianggap sepele, seperti ejekan atau tekanan kelompok, sebenarnya bisa menjadi akar dari tragedi besar.

Oleh karena itu, penyikapan terhadap kasus ini tidak boleh berhenti pada sanksi administratif, melainkan juga perubahan budaya kampus.

Di sisi lain, kasus Timothy adalah cermin dari wajah pendidikan yang masih belum sepenuhnya bebas dari kekerasan sosial.

Baca Juga: 4 Fakta Terkini Skandal Dugaan Bullying Siswi MTs di Sulteng: Korban Anak Yatim, Jilbab dan Pakaian Dilucuti

Pentingnya Kekuatan Batin

Terpisah, pemikiran Matthew Sharpe dalam karya bukunya berjudul "Stoicism, Bullying, and Beyond (2022)" mengingatkan pentingnya kekuatan batin dalam menghadapi situasi perundungan.

“Jika hukum berperan menegakkan keadilan dari luar, maka Stoisisme menawarkan kekuatan dari dalam,” tulis Matthew Sharpe.

Prinsip ini memberi pesan, cara menghadapi bullying tidak cukup dengan penindakan, tetapi juga dengan membangun ketahanan moral dan empati sosial.

Halaman:

Tags

Terkini