nasional

Beda Gaya Purbaya Yudhi Sadewa dengan Sri Mulyani, Pengamat Ekonomi Beberkan soal Rezim Bapak vs Ibu saat Kelola Duit

Jumat, 19 September 2025 | 21:14 WIB
Menyoroti perbedaan gaya pengelolaan keuangan Menkeu RI, Purbaya Yudhi Sadewa dengan pendahulunya, Sri Mulyani (Foto: GENMUSLIM.id/dok: Kemenkeu)

"Jadi, kalau ibu-ibu jadi menteri keuangan, itu cenderung pelit. Cenderung misalnya, 'Bu, saya mau beli yang ibu janjikan', tapi si ibu ini melihat, 'yang kemarin saja masih ngaco', jadi ditahan dulu (uangnya)," tutur Yanwar.

"Ini juga yang menjadi penyebab uang ditahan oleh kebijakan bendahara negara, karena bendahara negara punya penilaian bahwa yang mau merealisasikan belanja itu tidak cukup memenuhi aspek tata kelola, yang menjadi ukurannya." imbuhnya.

Baca Juga: 3 Poin Target Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa untuk Jalankan Roda Ekonomi RI: PDB Tumbuh, Pajak Moncer

Pengamat ekonomi itu lantas menilai, perbedaan besar terlihat dalam gaya pengelolaan uang dari rezim bapak-bapak.

"Nah, kalau bapak-bapak tidak kan. 'Kau mau minta berapa?' lalu dikasih. 'Tapi kalau misalnya besok ada apa-apa, saya gantung (hukum)' begitu," terang Yanwar.

"Jadi artinya, kalau ibu-ibu hati-hati di depan, kalau bapak-bapak cenderung kasih dulu, tapi kalau macam-macam di belakang, siap diganyang," tambahnya.

3. Alasan di Balik Langkah Cepat Purbaya

Menurut pengamatan ekonom senior, Yanwar Rizky, perbedaan antara rezim ibu vs bapak dinilainya sebagai gambaran sederhana tentang gaya pengelolaan ekonomi Purbaya dengan Sri Mulyani.

"Nah, dua perbedaan ini menggambarkan satu penyederhanaan yang menurut saya bisa saja terjadi, bahwa Purbaya berbeda dengan gaya Sri Mulyani yang penuh dengan kehati-hatian," tegasnya.

Di sisi lain, Yanwar menjelaskan hal tersebut sebagai perbedaan karakter sang Menkeu baru dengan pendahulunya, Sri Mulyani.

"Ini yang menurut saya membedakan dahulu tentang perbedaan karakter (Purbaya)," jelasnya.

Baca Juga: Cowboy Style ala Menkeu Purbaya, Gaya Santai sang Menteri Baru RI yang Justru Jadi Taruhan di Awal Masa Jabatan

Terkait langkah cepat Purbaya dalam menggelontorkan dana Rp200 triliun ke Bank Himbara, Yanwar menilai salah satu faktornya karena sang Menkeu baru itu menganut mazhab teori likuiditas Milton Friedman.

"Perbedaan karakter ini bisa kita lihat tentang ucapan Purbaya tentang mazhabnya," ungkap Yanwar.

"Dia sendiri yang bilang, dirinya menganut teori likuiditas Milton Friedman. Jadi teori likuditas ini memang artinya tidak boleh ada dana mengendap. Uang itu harus ke luar, harus jalan," pungkasnya.***

Halaman:

Tags

Terkini