Mundurnya Gus Miftah dari posisi strategis ini menimbulkan pertanyaan mengenai langkah pemerintah ke depan dalam menangani isu-isu kerukunan beragama.
Sebagai figur yang dikenal luas karena pendekatan dakwahnya yang inklusif, Gus Miftah memiliki peran penting dalam mempromosikan toleransi di tengah masyarakat majemuk Indonesia.
Beberapa pihak menilai bahwa pengunduran dirinya dapat menjadi tantangan bagi pemerintahan Presiden Prabowo, terutama dalam menjaga komunikasi lintas agama.
Meski demikian, langkah Gus Miftah juga dianggap sebagai contoh integritas, dengan memilih bertanggung jawab atas tindakannya yang dianggap keliru.
Kasus ini menunjukkan betapa besar pengaruh media sosial dalam membentuk opini publik, terutama bagi figur publik seperti Gus Miftah.
Sebagai tokoh yang sering tampil di ruang publik, ia diharapkan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara.
Pengunduran diri Gus Miftah dapat menjadi pengingat bagi pejabat publik lainnya untuk selalu menjaga sikap dan perilaku, tidak hanya sebagai representasi pribadi tetapi juga institusi yang diwakili.
Meski mundur, nama Gus Miftah tetap akan dikenang sebagai salah satu tokoh agama yang berkontribusi dalam membangun dialog antar umat beragama di Indonesia.
Keputusan ini diharapkan menjadi awal baru bagi Gus Miftah untuk tetap berdakwah dan berkontribusi bagi masyarakat dengan cara yang lebih bijak dan konstruktif.***