"Jadi kemana-mana penerjemahnya selalu menyesuaikan Pak Bahlil bertugas. Pinter juga orang ini", kagum Presiden Prabowo.
"Walaupun universitasnya tidak ada di google, boleh juga orang ini!", kagum Presiden Prabowo dalam pidatonya.
"Jadi saat beliau kecil, orang tuanya selalu kasih makan ikan. Sehingga menjadi cerdas", tegas Presiden Prabowo.
Dari pidato guyonan Presiden Prabowo tersebut, beliau mengambil makna bahwa diatas kepintaran, teknokrasi, dan prefosionalisme yang paling penting adalah patriotisme.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa orang yang pintar tapi tidak cinta tanah air, akan kurang bermanfaat untuk bangsa dan negara.
Kemudian, orang pintar tapi tidak loyal biasanya akan merugikan suatu organisasi.
Presiden Prabowo juga menegaskan bahwa setia itu mudah diucapkan, namun sulit untuk dilaksanakan.
Disamping itu, setia itu perlu, terutama kepada bangsa dan rakyat.
"Dan itu yang saya lihat dari saudara Bahlil", ucap Presiden Prabowo dalam pidatonya.
Terkagumlah Presiden Prabowo dan semua orang karena pidato Presiden Prabowo tersebut.
"Itu bukan saya muji-muji ya. Saya Presiden loh", tegas candaan Presiden Prabowo.
Terbahak-bahak lah semua orang dalam candaan Presiden Prabowo tersebut.
"Yang saya lihat, dari hati beliau (Pak Bahlil) adalah merah putih. Beliau juga cinta tanah air", lanjut Presiden Prabowo.