GENMUSLIM.id – Konflik yang terjadi di Pulau Rempang hingga berakhir ricuh antara masyarakat dan aparat gabungan yang hendak mengamankan pengukuran hingga membuat Menteri Investasi Bahlil Lahadalia angkat suara.
Bahlil Lahadalia menduga ada pihak asing yang tidak ingin Indonesia maju sehingga hal itulah yang menyebabkan penolakan dari masyarakat Pulau Rempang.
Tidak hanya itu, Bahlil Lahadalia menuturkan bagaimana ia menganalisis kejadian bentrok di Pulau Rempang.
Dikutip Genmuslim.id tanggal 17 September 2023 dari channel Youtube TVR Parlemen, Bahlil Lahadalia mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang terjadi saat hendak membangun di Pulau Rempang.
“Saya mau tanya sama bapak ibu, bapak/ibu yang terhormat, dulu waktu zamannya kita waktu BP Batam ini dibuat untuk menjadikan kawasan ini untuk mengimbangi Singapura. Saya mau bertanya, seharusnya kita berpikir ada apa dibalik ini semua,” ujarnya Bahlil Lahadalia.
Ia juga menuturkan selalu ada saja rintangan yang terjadi saat hendak membangun sesuatu yang besar.
“ Setiap kita mau bangun suatu yang besar ada aja, ada aja. Sebagai mantan Aktivis kita diajari biasanya, kalau minum air putih dan airnya berwarna merah. Kita tidak tanya kenapa dia merah, tapi pak Nusron punya ajaran ada apa itu, racun? Atau pemanis? Saya mencoba untuk memakai analisa itu dalam konteks ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Museum Nasional di Jakarta Pusat Terlahap Si Jago Merah, Begini Kondisi Terkini di Lokasi!
Kemudian Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa konflik sengketa lahan yang terjadi di Pulau Rempang itu bagian dari halangan dalam melakukan investasi karena mau bangun masjid saja ada sengketa lahan.
“Nggak ada urusan investasi semuanya mulus. Itu mau bangun masjid aja ada sengketa tanah apalagi investasi,” tegasnya.
Sebelumnya, rencananya di Pulau Rempang akan dibuat Proyek Strategis Nasional (NSP) Rempang Eco-City di Batam tetapi masyarakat menolak, akhirnya memanas.
.Baca Juga: Kuasa Hukum Pasangan Penyebab Kebakaran Gunung Bromo Gugat Balik Pihak Pengelola? Bintang Emon Jadi Geram
Akhirnya terjadi bentrok antara polisi, aparat TNI, dan masyarakat di jembatan Batam-Rempang.
Kekacauan terjadi ketika penduduk setempat menghalangi ribuan petugas gabungan melakukan pengukuran dan demarkasi lahan di Pulau Rempang.