internasional

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Terbunuh di Iran, Resiko Perang Israel di Gaza Semakin Meningkat?

Kamis, 1 Agustus 2024 | 12:42 WIB
Potret Ismael Haniyeh Pemimpin Hamas yang tewas di Iran (Foto: GENMUSLIM.id/dok: Instagram @presstvchannel)

GENMUSLIM.id - Ismail Haniyeh (62 tahun), seorang pemimpin Hamas dikabarkan telah meninggal dunia diduga terbunuh di Iran.

Dikutip GENMUSLIM dari Al Jazeera pada Kamis, 1 Agustus 2024, dirinya tewas akibat serangan sebelum fajar di Iran yang tejadi pukul 2 dini hari.  

Dikabarkan pemimpin Hamas tersebut tewas bersama pengawalnya di tempat tinggal khusus bagi veteran perang Teheran utara yang telah ditargetkan.

Sebelumnya, dirinya pergi ke Teheran untuk menghadiri pelantikan masa jabatan pertama Presiden Iran Masaoud Pezeshkian.

Dirinya juga menegaskan kembali komitmen rakyat Iran untuk membantu pembebasan rakyat Palestina dari Israel.

Baca Juga: Konflik Memanas: Amir Saeid Iravani Sebut Serangan Israel di Beirut Pengalihan Perang di Gaza, Benarkah?

Kematian pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh menjadi sebuah konflik yang akan meningkat antara Palestina dan Israel.

Meski belum diketahui dengan jelas siapa dalang di balik pembunuhan Haniyeh, namun Hamas dan Iran menuduh Israel melakukan serangan tersebut.

Hal ini karena dipicu pernyataan kuat oleh para pemimpin Israel yang mengatakan akan menghancurkan dan memusnahkan Hamas akibat peristiwa serangan 7 Oktober.

Selaras dengan itu, Iran juga mengatakan bahwa Amerika Serikat juga bertanggung jawab penuh atas pembunuhan tersebut akibat dukungannya terhadap Israel.

Selama kericuhan perang Israel di Gaza, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dianggap sebagai lawan bicara yang penting dalam negosiasi gencatan senjata yang ditengahi oleh Qatar, AS, dan Mesir.

Baca Juga: Tentara Israel Diduga Melakukan Penyiksaan Terhadap Tahanan Palestina, Politisi Sayap Kanan Angkat Suara

Oleh karena itu, peristiwa pembunuhannya dianggap oleh para analisis sebagai akhir dari peluang tercapainya kesepakatan perang Israel di Gaza.

Hasan Ayoub, seorang asisten profesor ilmu politik di Universitas An-Najah di Nablus mengatakan Israel tidak bisa melakukan dua serangan sekaligus.

Halaman:

Tags

Terkini