Sebagai mata pencaharian dan simbol keterikatan warga Palestina terhadap tanah mereka, menghasilkan trauma yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Hal ini pasti akan berdampak pada tatanan sosial Palestina, di dalam komunitas atau di dalam keluarga.
Hal ini mengubah cara orang berhubungan satu sama lain, mengikis kepercayaan dan menimbulkan ketegangan.
Banyak warga Palestina yang menggambarkan kehidupan di bawah pendudukan sebagai perasaan yang terus-menerus “mencekik”
Baca Juga: MENGERIKAN! Israel Hancurkan Sekolah Di Palestina: Ratusan Sekolah Dibom dan Tewaskan Ribuan Pelajar
Sudah sembilan bulan terakhir ini bahkan lebih buruk dari itu.
Hal ini mempunyai dampak yang sangat buruk bagi kesehatan mental warga Palestina.
Di Yerusalem Timur, Gaza dan Tepi Barat warga Palestina belum bisa merasakan kondisi normal.
Selama beberapa dekade, dampak psikologis dari pendudukan dan penindasan yang tiada henti berdampak pada segala aspek kehidupan Palestina.
Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan kondisi kesehatan mental di wilayah Palestina akibat pendudukan dan kekerasan Israel.
Menurut WHO kesehatan mental merupakan ”salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling signifikan”.
Di jalur Gaza khususnya, lebih dari setengah anak-anak yang terkena dampak konflik,
Mungkin mengalami gangguan kesehatan mental warga Palestina yang parah atau sedang di Gaza.
Sekitar 54% anak laki-laki dan 47% anak perempuan Palestina berusia 6 hingga 12 tahun “dilaporkan memiliki gangguan emosi atau perilaku”.