Ia mengkritik cara media menggambarkan warga Gaza yang merayakan Gencatan Senjata, seolah-olah mereka tidak berhak merasakan kebahagiaan setelah berbulan-bulan dalam kondisi sulit akibat perang.
Oraby mencatat bahwa media Israel berusaha menggambarkan warga Gaza sebagai penyebab dari nasib buruk mereka, sehingga mengalihkan perhatian dari tanggung jawab Israel atas situasi di Gaza.
Ia menekankan bahwa wacana ini tidak ada sebelum gencatan senjata, dan kaum liberal di Israel tidak pernah mengusulkan solusi politik untuk masalah ini.
Kritik juga datang dari Chaim Levinson, seorang koresponden dari surat kabar sayap kiri Haaretz, yang mengecam kegembiraan warga Palestina.
Frey menanggapi pernyataan dari Chaim Levinson dengan menyatakan bahwa hal itu berbahaya dan menciptakan iklim di mana tindakan kekerasan dapat dibenarkan.
Alih-alih mengangkat kisah positif dari Gaza, di mana anak-anak dapat tidur tanpa rasa takut, narasi yang ada justru merendahkan martabat warga Palestina.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami kompleksitas situasi dan dampak dari narasi yang dibangun oleh media terhadap persepsi publik.
Dengan latar belakang konflik yang berkepanjangan, perayaan Hamas di Gaza menjadi simbol dari ketegangan yang mendalam dan tantangan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik antara kedua belah pihak. ***