Dalam insiden serangan ke sekolah di Kamp Nuseirat, enam staf PBB turut menjadi korban tewas.
Dengan demikian, jumlah staf UNRWA yang tewas akibat serangan Israel kini mencapai 213 orang.
UNRWA, sebagai badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, telah menjadi target berkali-kali dalam rentetan serangan Israel,
Dengan lebih dari 190 fasilitas UNRWA dirusak dalam 464 serangan selama 11 bulan terakhir.
Baca Juga: Serukan Aksi Solidaritas untuk Palestina, Dian Pelangi Kenakan Keffiyeh di IN2MF Paris Perancis
Tak hanya fasilitas UNRWA yang menjadi sasaran, serangan Israel juga menewaskan setidaknya 575 pengungsi yang berlindung di fasilitas PBB.
Hal ini menambah panjang daftar kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina yang tak berdosa, termasuk perempuan,
Anak-anak, dan mereka yang bekerja di lembaga internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Meski bukti-bukti kejahatan ini begitu jelas dan tak terbantahkan, tanggapan komunitas internasional terkesan lamban dan tidak memadai.
PBB sendiri, sebagai lembaga yang diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi para pengungsi, menghadapi tantangan besar untuk menghentikan kekejaman ini.
Hingga kini, upaya untuk menghentikan kekerasan yang terus meningkat di Gaza masih terganjal oleh kepentingan politik global yang rumit.
Kekejaman yang terus berlanjut ini menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan rakyat Palestina, khususnya mereka yang tinggal di bawah atap perlindungan PBB.
Di satu sisi, mereka menghadapi ancaman serangan yang datang tanpa henti dari Israel, sementara di sisi lain, harapan akan perdamaian dan perlindungan internasional terasa semakin jauh dari jangkauan.
Serangan Israel terhadap fasilitas PBB, tempat para pengungsi berlindung, tidak hanya menciptakan penderitaan fisik tetapi juga menyebarkan rasa takut dan ketidakamanan di antara mereka yang seharusnya dilindungi. ***