Selanjutnya, menutupi fakta mengenai metode penyiksaan seperti apa yang mereka (Israel) lakukan, dan untuk membangun kedubes Israel di Indonesia.
Menurut penelusuran deduktif, warga Indonesia yang terlibat mulai dari politisi, NGO (Non-Governmental Organization), mahasiswa, jurnalis, sampai level pemimpin redaksi.
Salah satu tujuan mereka adalah kedubes Indonesia yang dianggap menjadi the biggest price in Asia.
Menurutnya, salah satu kegiatan hubungan luar negeri antar Israel-Indonesia adalah kegiatan impor.
Dari kegiatan impor tersebut dengan tanpa adanya hubungan diplomasi saja sudah menguntungkan secara besar-besaran. Apalagi adanya campur tangan dengan hubungan diplomasi.
Selain itu, buzzer yang terdapat di Indonesia menyerang dengan melantarkan berbagai komentar pedas di berbagai postingan terkait serangan Israel ke Palestina.
Serangan komentar para buzzer tersebut seperti ada yang mengkoordinir. Pasalnya komentar yang dilantarkan seperti membentuk pola dan dilancarkan dengan kompak oleh berbagai buzzer.
Buzzer yang dimaksud dinamakan Hasbara. Istilah Hasbara sendiri dipakai pemerintah Israel sebagai nama lain dari upaya propaganda sekaligus strategi diplomasi publik mereka pada dunia.
Hasbara pertama kali disebut pada media cetak muncul di tahun 1979 dari tulisan William Clairborne di The Washington Post.
Dalam tulisan itu, Clairborne membahas tentang pemerintah Israel yang mencabut larangan pembelian tanah Arab.***