GENMUSLIM.id - Presiden Palestina yakni Mahmoud Abbas ikut bicara soal insiden penembakan Donald Trump.
Presiden Palestina tersebut menegaskan sikap Palestina terhadap insiden penembakan Donald Trump.
Dilansir GENMUSLIM dari middleeasteye.net, meskipun sebelumnya tidak punya hubungan baik dengan Trump, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan tegas mengatakan bahwa Negara Palestina mengutuk insiden penembakan tersebut.
“Negara Palestina selalu menolak kekerasan, teroris, dan ekstremisme, terlepas dari sumbernya,” ujar Mahmoud Abbas sebagaimana dikutip GENMUSLIM dari middleeasteye.net pada 15 Juli 2024.
Baca Juga: MENGERIKAN! Israel Serang Kamp Pengungsi di Khan Younis Gaza, Tewaskan Puluhan Warga Palestina
Sebelumnya yakni pada Sabtu, 13 Juli 2024 Donald Trump terkena tembakan pada bagi telinganya usai berhasil lolos dari insiden percobaan pembunuhan.
Warga dunia memberikan beragam reaksi terhadap peristiwa penembakan Mantan Presiden Amerika Serikat tersebut, termasuk Timur Tengah.
Kecaman, teori konspirasi hingga ejekan muncul ke tengah-tengah publik pasca peristiwa penembakan terhadap Trump.
Presiden Mesir, Turki, hingga Palestina ikut mengecam atas insiden percobaan pembunuhan mantan presiden Amerika Serikat tersebut.
Namun, hal ini berbeda dengan negara Iran dan Irak. Amir Mousawi, seorang jurnalis sekaligus mantan diplomat Iran mengatakan bahwa insiden penembakan Donald Trump merupakan pembalasan ilahi atas pembunuhan Muhadis (pejabat senior Irak) dan Soleiman (mantan kepala pasukan Al-Quds Iran).
Baca Juga: Katherine M. Franke, Profesor Universitas Columbia Dipecat Setelah Suarakan Isu Hak Palestina
Tak hanya itu saja, Muqtada al-Sadr, salah pemimpin Syiah Irak mengatakan bahwa insiden penembakan Trump telah menghancurkan ilusi AS (Amerika Serikat) sebagai mercusuar demokrasi dan inspirasi dunia.
“Insiden ini (penembakan Trump) merupakan pukulan terakhir bagi demokrasi, kebebasan, kedamaian dan keamanan mereka. Dan mungkin merupakan awal dari sesuatu yang lebih buruk dan lebih jahat daripada itu,” ucap Muqtada al-Sadr.
“Sebaliknya, hal itu memberikan dunia gambaran yang memalukan tentang (negara adikuasa) itu, dan Amerika tidak akan lagi menjadi contoh bagi umat manusia mulai sekarang,” pungkasnya Muqtada al-Sadr.