Sementara aktivis Palestina berpendapat bahwa slogan tersebut mengacu pada selesainha pelanggaran hak asasi manusia dan pendudukan Israel.
Anwar El Ghazi yang merupakan seorang Muslim Belanda keturunan Maroko, akhirnya meminta maaf atas komentarnya.
Dirinya kemudian menulis postingan lain yang mengutuk kekerasan terhadap semua warga sipil di kedua sisi.
Mulanya, Mainz mencabut skorsing El Ghazi dan mengeluarkan pernyataan mengklaim bahwa dia telah menyesali komentarnya.
Baca Juga: Dihadapan NATO Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez Serukan Hak Palestina Sama Seperti Ukraina
El Ghazi juga mengaku tidak mempertanyakan "hak Israel untuk hidup".
Namun penyerang berusia 29 tahun itu menanggapi secara terbuka dengan mengatakan Mainz telah merilis pernyataan tersebut tanpa izinnya.
Untuk meredam masalah ini, FSV Mainz akhirnya mengakhiri kontraknya dengan El Ghazi pada 4 November.
Ia menjawab dengan pernyataan: "Membela apa yang benar, bahkan jika itu berarti berdiri sendiri.
Hilangnya mata pencaharian saya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan neraka yang menimpa orang-orang yang tidak bersalah dan rentan di Gaza #stopthekilling."
Baca Juga: Katherine M. Franke, Profesor Universitas Columbia Dipecat Setelah Suarakan Isu Hak Palestina
Pada bulan Mei, El Ghazi ikut menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola amal yang menggalang dana untuk anak-anak di Gaza.
Bersama Nujum Sports sebuah organisasi yang membantu atlet Muslim, ia bergabung untuk membantu penggalangan dana.
Pada hari Jumat, Nujum Sports mengatakan keputusan dalam kasus El Ghazi adalah kemenangan “untuk semua atlet”.
Dalam sebuah pernyataan, Nujum Sports berharap klub-klub dan badan-badan profesional memperhatikan agar tidak menekan kebebasan berpendapat yang sah kepada para atlet.