GENMUSLIM.id – Pengkajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menguraikan terkait konsep TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churofat) yang diakuinya tidak menemukan sejarah siapa yang pertama kali mempopulerkan istilah tersebut.
“Sistematisasi pemurnian menjadi konsep TBC itu menjadi awal sistematisasi dari pemurnian yang sangat rigid. Dalam nalar para mubaligh Pimpinan Muhammadiyah yang tidak disertai dengan tafsir dan pemahaman dirasat islamiyah yang kuat akhirnya menjadi konsep yang far’i dan absolut,” katanya.
Sistematisasi juga terjadi pada ideologi yaitu amar makruf nahi mungkar.
Padahal kata Haedar, itu adalah konsep dakwah.
Artinya, Sejarah akar konsep dari ideologi Muhammadiyah ialah dakwah yang dinisbatkan pada menyebarluaskan dan menggembirakan gerakan Muhammadiyah.
Melihat sejarah perjalanan Muhammadiyah Haedar berkesimpulan bahwa sebenarnya sudah ada kesadaran sistem dan kolektif Muhammadiyah bahwa sistematis teologis dan ideologis mulai dicairkan oleh konsep-konsep resmi Muhammadiyah.
“Dakwah kultural adalah usaha menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai Islam dalam segala bidang dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas untuk tujuan Muhammadiyah,” ungkap Haedar.
Ia juga mengimbau pada warga persyarikatan agar turut memperhatikan media sosial sebagai tempat dakwah kultural.
Baca Juga: Peristiwa Bersejarah 5 Ramadhan 1367 H: Pembantaina Ludd oleh Zionis Israil atas 426 Muslimin
Menurutnya dakwah Muhammadiyah harus inklusif dan media sosial tidak lagi menjadi realitas maya sehingga perlu diperhatikan.
“Maka kalau kita hadir di media sosial dengan dakwah atau tabligh, pesan-pesan keislaman, keumatan, kebangsaan yang rahmatan lil alamin, saya yakin di media sosial kita memperoleh dukungan luas untuk mencerdaskan kehidupan kebangsaan,” kata Haedar.
Sebagaimana dikutip GENMUSLIM.Id dari Chenel Yootube TV.UMJ Kamis, 28 Maret 2024, Haedar juga berpesan agar sarana dakwah Muhammadiyah harus inklusif sehingga kaderisasi yang dilakukan perlu dapat lebih memahami realitas masyarakat termasuk di kalangan milenial, generasi Z, dan alpha.
Baca Juga: Serba serbi Puasa Ramadhan, Apakah Imsak Menjadi Tanda Waktu Sahur Berakhir? Berikut Ulasannya
Pengkajian Ramadan 1445 H diikuti oleh Pimpinan Muhammadiyah, Aisyiyah, organisasi otonom, amal usaha Muhammadiyah, lembaga dan majelis mulai dari tingkat pusat hingga daerah, yang berasal dari wilayah pulau Jawa dan Sumatera.