"Pasukan Israel maju ke sana dengan perintah evakuasi. Jadi kami melarikan diri dan datang ke sini, ke Al-Qarara.
Kami tiba di pelabuhan dan situasi di sini sangat sulit bagi kami", ujar Nabila Al-Zaqzouq.
Beberapa pengungsi juga merasa hidup penuh dengan kesulitan. Mereka makan makanan dengan pasir, memasak dengan pasir, dan tidur di pasir.
Pantai menjadi sangat tercemar dan mulai menjadi sumber penyakit yang bahkan tidak mereka ketahui.
Banyak anak-anak mengalami ruam kulit dan penyakit parah, untuk mengatasi masalah pasir yang tidak membuat nyaman,
Beberapa pengungsi mendirikan tenda lebih jauh ke belakang dan membuat bukit pasir.
Sehingga airnya tidak akan mencapai tenda pengungsi. Dengan mengungsi di tepi laut, mereka berhasil selamat dari tentara Israel.
Namun, tentu saja kenyamanan tersebut dibayar dengan risiko dari laut.
Ketika bulan menjadi lebih dingin dan mendekat, mereka takut keadaan akan ombak yang tinggi masuk ke tepi pantai.
Baca Juga: Israel Serang Zona Aman di Selatan Gaza Palestina, Puluhan Orang Meninggal dan Alami Luka-Luka
"Ombak akan menjadi lebih tinggi dan akan menghantam kami, tetapi percayalah kepada Allah SWT.
Kami berdoa agar Allah mengubah situasi kami. Kami benar-benar tidak punya tempat untuk dituju", ujar Ashraf al-Arouri.
Tinggal di tepi laut juga berarti bantuan dan persediaan pokok semakin jauh dari rumah mereka. ***