GENMUSLIM.id - Salah satu kota negara Amerika Serikat terdapat sebuah kawasan yang dikenal dengan sebutan Little Palestine di Chicago.
Little Palestine di Chicago tepatnya berada di kawasan Bridgeview, Illinois sebuah daerah informal.
Kawasan Little Palestine di Chicago pun merupakan rumah bagi sekitar 22.518 warga Amerika-Palestina, dan juga merupakan komunitas terbesar di Amerika Serikat.
Salah satu warga dan juga aktivis yang memperjuangkan Palestina di sana bernama Gharallah menggarisbawahi bahwa diaspora Palestina merupakan kehadiran yang menonjol di sektor budaya dan bisnis Chicago.
Baca Juga: Capres AS Kamala Harris Janjikan Gencatan Senjata di Gaza, Komitmen Wujudkan Perdamaian Global
Namun, ia mengatakan warga Amerika Palestina menghadapi dilema pada pemilu berikutnya, dengan kandidat Partai Republik Donald Trump dan pesaingnya dari Partai Demokrat Kamala Harris menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel.
Dikutip GENMUSLIM dari laman berita Al-Jazeera pada Rabu, 28 Agustus 2024 Gharallah mengatakan “Tidak ada kebaikan dalam diri Ammar maupun Amira,” ungkapnya menggunakan nama laki-laki dan perempuan dalam bahasa Arab untuk mewakili Trump dan Harris.
“Kami adalah warga negara Amerika, dan kami ingin memilih, tetapi kami tidak tahu untuk siapa. Apakah Anda memilih yang ini atau yang ini, itu sama saja. Dan jika Anda tidak memilih, itu seperti Anda tidak ada secara politik.”
Bridgeview yang merupakan salah satu kawasan Little Palestine juga menjadi sorotan nasional bulan ini, saat Konvensi Nasional Demokrat tiba di Chicago.
Hanya sehari sebelum Gharallah berbicara kepada Al Jazeera, Harris muncul pada panggung di United Center Chicago yang hanya 24 km (15 mil) dari Bridgeview untuk menerima pencalonan Partai Demokrat untuk presiden.
Bagi warga Palestina di wilayah Chicago yang menghadapi perang yang menghancurkan di tanah air mereka.
Konvensi ini berfungsi sebagai kesempatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap perjuangan mereka.
Namun, penduduk dan aktivis masyarakat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa peristiwa itu juga merupakan pengingat pahit bahwa identitas Palestina terus dicemooh dan didorong ke pinggiran politik, termasuk oleh Partai Demokrat yang mengaku menghargai inklusivitas.