GENMUSLIM.id — Dai memainkan peran penting dan dihadapkan dengan seabrek tantangan dalam menyebarkan ajaran Islam,
Dan membimbing komunitas melalui pendidikan dan bimbingan, lebih-lebih lagi bila menjadi minoritas seperti Islam di Kamboja.
Mereka membantu menjembatani kesenjangan antara ajaran agama dan praktik sehari-hari dalam konteks sosial dan budaya yang berbeda.
Mereka sering menghadapi tantangan sesuai dengan latar belakang budaya dan situasi sosial di wilayah mereka.
Baca Juga: Yuk Kenali Fiqih Ulama Nusantara Sejak Dini, Gus Baha Sarankan Pelajari Fiqih Indonesia Biar Mudah
Keterampilan komunikasi dan adaptasi menjadi kunci dalam mengatasi hambatan tersebut dan memastikan pesan agama dapat diterima dengan baik.
Kehadiran dai di konferensi internasional memungkinkan mereka untuk berbagi pengalaman dan strategi,
Memperkaya metode dakwah, dan memperkuat hubungan antar komunitas Muslim di seluruh dunia.
Dilansir oleh tim GENMUSLIM dari mui.or.id pada Selasa, 6 Agustus 2024, dalam Konferensi Internasional Dai Asia Tenggara,
Baca Juga: Mengharukan! Kisah Dai Filipina Mengatasi Tantangan Dakwah dan Kesejahteraan Ulama Tanpa Gaji
Yang diselenggarakan di Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024, Ustadz Thorm Sharon, perwakilan dai dari Kamboja,
Berbagi wawasan mengenai penerapan Islam wasathiyah di negara minoritas Muslim tersebut.
Konferensi ini diadakan oleh Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka Milad ke-49 MUI.
Ustadz Thorm mengungkapkan bahwa meskipun Kamboja mayoritas beragama Buddha dengan lebih dari 90 persen penduduknya,
Perkembangan positif dalam penerapan Islam wasathiyah menunjukkan kemajuan signifikan.
Umat Muslim, yang terdiri dari sekitar 6-7 persen populasi, mengalami perubahan signifikan dalam hal pengakuan dan dukungan dari pemerintah.
"Dulu, umat Muslim di Kamboja mengalami banyak batasan, tetapi saat ini situasinya semakin baik," kata Ustadz Thorm.
Menurutnya, pemerintah Kamboja kini memperhatikan kebutuhan umat Islam dengan serius.
Salah satu buktinya adalah pengangkatan para ustadz sebagai pegawai negeri, yang memberikan mereka gaji dan pengakuan resmi.
Baca Juga: Jangan Salah Pilih! Inilah Karir Terbaik Bagi Seorang Perempuan Menurut Ustadz Adi Hidayat
Langkah ini mencerminkan perubahan positif dalam kebijakan pemerintah terhadap umat Islam.
Selain itu, pemerintah Kamboja memberikan izin untuk pembangunan masjid dan mengadakan kegiatan buka puasa bersama selama bulan Ramadhan.
"Di setiap provinsi, gubernur diwajibkan untuk menyelenggarakan acara buka puasa bersama,
Dan setiap rumah sakit serta kantor perdana menteri harus memiliki mushala.
Ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap kebutuhan ibadah umat Islam," jelas Ustadz Thorm, yang merupakan alumni Institut Pertanian Bogor (IPB).
Ustadz Thorm juga menambahkan bahwa umat Islam di Kamboja memiliki perwakilan di lembaga legislatif dan eksekutif,
Termasuk MPR, DPR, dan posisi gubernur. Di provinsi dengan populasi Muslim yang signifikan,
Gubernur sering kali merupakan Muslim yang kompeten.
Lebih jauh, Ustadz Thorm mengungkapkan bahwa banyak alumni universitas Indonesia yang kini memegang posisi penting di pemerintahan Kamboja,
Seperti Wakil Menteri Pertanian dan Wakil Menteri Perdagangan.
Baca Juga: Tissa Biani Jadi Sorotan Publik Karena Tampil Mengenakan Hijab, Ternyata Begini Alasan Sebenarnya!
Kamboja juga akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Muslim pada November 2024,
Dan telah membentuk Komite Halal sejak 2017, mulai menjalankan sertifikasi halal sejak 2019.
"Kami juga merencanakan kerja sama MoU halal dengan Indonesia," tambahnya.
Perubahan positif dalam kebijakan pemerintah Kamboja menunjukkan upaya signifikan dalam menciptakan harmoni sosial,
Dan meningkatkan partisipasi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
Ini mencerminkan komitmen negara terhadap pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman agama,
Serta menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis. ***