GENMUSLIM.id – Peperangan di Gaza, Palestina kini sudah mencapai hari ke 212 dengan jumlah korban jiwa sudah sampai di angka 34 ribu jiwa.
Berbagai macam protes dan aksi bela Palestina telah dilakukan di berbagai macam belahan dunia. Mulai dari Indonesia sampai Irlandia.
Kini masyarakat mulai menyadari bahwa apa yang saat ini terjadi antara Israel dan Palestina bukan lagi masalah persoalan agama, namun menyangkut sebuah hak untuk bebas dan berdaulat.
Kesadaran ini muncul seiring dengan bertambahnya daftar kejahatan perang yang dilakukan Israel selama tujuh bulan ini.
Banyaknya korban dari kalangan perempuan dan anak-anak yang melebihi korban dari peperangan Ukraina dan Rusia, membuat masyarakat Internasional sadar bahwa ini bukanlah perang biasa namun genosida.
Dibalik banyaknya negara yang mendukung kedaulatan Palestina ada satu negara yang menarik perhatian yaitu Irlandia.
Sejak awal ketika perang ini bermula pada tanggal 07 Oktober 2023, hanya berselang tiga hari setelahnya, Irlandia berani mengambil sikap berbeda dari kebanyakan negara lain di Eropa.
Sikap Irlandia ini menjadikannya negara pertama di Eropa mengecam apa yang dilakukan militer Israel dan mendukung kedaulatan Palestina.
Kenyataan ini membawa pada sebuah sejarah masa lalu Irlandia dengan Palestina yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Ottoman.
Kisah ini bermula pada abad ke-19, dimana saat itu Irlandia pernah dilanda kelaparan yang panjang selama tujuh tahun hingga menewaskan satu juta orang.
Peristiwa ini disebut ‘great famine’
Di belahan dunia lain, lebih tepatnya di Ottoman, Istanbul, Sultan Abdul Mejid I mendengar kabar tentang bencana kelaparan tersebut hingga akhirnya menawarkan bantuan sebesar 10.000 euro.
Namun, perwakilan Inggris di Istanbul menolaknya dan meminta Sultan Abdul Mejid I untuk mengurangi jumlah bantuannya untuk menjaga wajah Ratu Victoria yang hanya menyumbang 2.000 euro.