GENMUSLIM.id - Di tengah kabut konflik yang menggelayut, terdapat secercah cahaya yang menyinari jalur pariwisata Afghanistan.
Seorang petani berusia 65 tahun dari Indiana, Amerika Serikat, bernama Oscar Wells, telah menapaki jalur yang jarang dilalui ini dengan tujuan yang berbeda dari putranya yang berkeliaran di medan perang, eksplorasi pemandangan pariwisata yang tersembunyi di balik tirai kekisruhan yang dulu menyelimuti Afghanistan.
"Dunia ini sungguh unik, dan menyentuh hatiku," ujar Wells, mengagumi keindahan pegunungan yang melintang di cakrawala tempat pariwisata Afganistan, serta kehidupan masyarakat yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional mereka.
Pemandangan Masjid Biru bersejarah abad ke-15 di Mazar-i-Sharif, sebelah utara Afghanistan, menarik perhatian Wells, menjadi salah satu dari sedikit wisatawan yang berani menjejakkan kaki di Afghanistan pasca-perang.
Meskipun pariwisata menjadi langka akibat konflik yang berkepanjangan, gelombang kecil wisatawan mulai merambah ke negara ini seiring meredanya kekerasan, meskipun kemiskinan ekstrem, situs budaya yang usang, dan infrastruktur hotel yang terbatas masih menjadi tantangan.
Para wisatawan menghadapi aturan ketat yang diterapkan Taliban, tanpa dukungan diplomatik setelah kebanyakan kedutaan besar dievakuasi menyusul kejatuhan pemerintahan yang didukung Barat pada tahun 2021.
Mereka harus mendaftar di setiap provinsi yang mereka kunjungi, mengikuti aturan berpakaian yang ketat, dan tunduk pada pemeriksaan di setiap pos pemeriksaan oleh anggota bersenjata yang siap mengamankan wilayah tersebut.
Ancaman serangan ISIS pun masih mengintai, menambah tingkat ketegangan dan kewaspadaan di negara tersebut.
"Reaksi pertama dari orang-orang terdekat adalah, 'Kamu gila pergi ke sana!'" kata seorang wisatawan Prancis, Didier Goudant, seorang pengacara berusia 57 tahun, yang mengeksplorasi negara yang dilarang dikunjungi oleh pemerintah Barat.
Namun, keprihatinan akan keamanan tidak menyurutkan semangat Nayuree Chainton, seorang pemilik agen perjalanan asal Thailand berusia 45 tahun, yang baru-baru ini melakukan perjalanan selama enam hari untuk mengevaluasi situasi.
"Saya merasa aman meski ada pos pemeriksaan di kota-kota," katanya, sambil menjelajahi kuil-kuil kuno di ibu kota Kabul.