Pada awal tahun 2025 lalu, Presiden Trump sempat membawa narasi pembangunan kawasan elite di Gaza pasca relokasi warga.
Saat itu, Trump membayangkan wilayah tersebut akan disulap menjadi kawasan pesisir mewah yang dijulukinya sebagai 'Riviera of the Middle East'.
"Sesuatu yang baik akan terjadi," sesumbar Trump dikutip dari AFP dalam artikel yang tayang pada Februari 2025 lalu.
Kendati demikian, pernyataan dua tokoh ini telah memicu respons beragam dari komunitas internasional dan pegiat kemanusiaan.
Banyak pihak menilai rencana relokasi warga dari tanah kelahiran mereka justru akan memperburuk krisis kemanusiaan dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Hingga kini, perwakilan Israel tengah berada di Qatar untuk melakukan negosiasi dengan perwakilan Hamas.
Agenda utama mereka adalah membahas gencatan senjata selama 60 hari demi pertukaran sandera dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Gencatan senjata ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk mengakhiri konflik berdarah yang kembali memuncak sejak 7 Oktober 2023.
Namun, sebagian publik menyoroti terkait masih adanya jurang perbedaan yang besar antara tuntutan Hamas dan posisi Israel.***