Para pengendara khususnya mencantumkan identitas Palestina mereka pada kendaraan mereka, dengan bendera, penutup sandaran kepala bermotif keffiyeh, pengharum ruangan beraroma semangka , dan stiker bemper yang menyerukan diakhirinya pendudukan Palestina.
Bagi banyak penduduk yang berbicara kepada Al Jazeera, menjadi orang Palestina bukan hanya tentang keffiyeh dan barang dagangan.
Mereka menjelaskan bahwa ini adalah kondisi keberadaan politik yang hakiki, yang mengharuskan mereka untuk senantiasa memanusiakan dan menyoroti penderitaan rakyat Palestina di bawah pendudukan dan pemboman di Timur Tengah.
Dikutip GENMUSLIM dari laman berita Al-Jazeera pada Rabu 28 Agustus 2024.
Sereen Atieh, seorang imigran Amerika Palestina berusia 20 tahun, mengatakan meski Little Palestine terasa seperti rumah, ia telah berjuang melawan rasa sedih yang mendalam sejak dimulainya perang di Gaza.
Baca Juga: Capres AS Kamala Harris Janjikan Gencatan Senjata di Gaza, Komitmen Wujudkan Perdamaian Global
Jadi dia beralih ke aktivisme di kampusnya.
"Yang dapat saya pikirkan hanyalah saudara-saudari saya yang terbunuh di Palestina," kata Atieh, yang mengenakan bendera Palestina, kepada Al Jazeera dalam sebuah protes di luar konvensi Demokrat.
“Saya telah berusaha melakukan apa pun yang saya bisa untuk membantu orang memahami bahwa ini bukan sekadar konflik, tetapi genosida, di mana Israel mencoba menghilangkan identitas Palestina” ***