GENMUSLIM.id - Pemutusan kontrak terhadap Anwar El Ghazi oleh FSV Mainz 05 menghasilkan putusan yang menarik oleh Pengadilan Hubungan Industrial di Mainz, Jerman, akibat postingan pro Palestina beberapa waktu lalu tidak sah.
Dilansir oleh tim GENMUSLIM dari akun Instagram @muslimathletes pada Kamis, 25 Juli 2024 bahwasanya keputusan ini mengemuka setelah klub Bundesliga tersebut memutuskan kontrak El Ghazi pada November 2023, yang memicu sang pemain untuk mengajukan gugatan hukum.
Anwar El Ghazi, seorang pemain berusia 29 tahun asal Belanda yang berposisi sebagai winger, telah menyampaikan dukungannya terhadap Palestina melalui media sosial.
Kontroversi ini berujung pada tindakan Mainz 05 untuk memecatnya, mengutip bahwa sikap El Ghazi dalam isu geopolitik tidak sesuai dengan nilai-nilai klub.
Namun demikian, pengadilan menilai bahwa tindakan Mainz 05 melanggar hukum ketenagakerjaan yang melindungi hak-hak karyawan, termasuk kebebasan untuk menyampaikan pendapat di luar lingkup kerja mereka.
Baca Juga: Kamala Harris Mengaku Takkan Hadiri Pidato Netanyahu di Kongres, Bernie Sanders: Penjahat Perang
Sebagai konsekuensinya, Mainz 05 diwajibkan membayar kompensasi sekitar 1,9 juta euro kepada El Ghazi, sesuai dengan ketentuan kontrak yang sebelumnya ditandatangani.
Putusan ini tidak hanya menegaskan pentingnya mematuhi hukum ketenagakerjaan yang adil, tetapi juga menyoroti kompleksitas dalam menangani isu-isu politik dalam lingkungan olahraga profesional.
Atlet sering kali menemukan diri mereka dalam situasi di mana pandangan pribadi mereka dapat mempengaruhi karier mereka, dan kasus El Ghazi memberikan contoh yang jelas tentang bagaimana perbedaan pendapat dapat memicu konsekuensi serius di tempat kerja mereka.
Dengan demikian, putusan ini bukan hanya tentang satu pemain dan satu klub, tetapi juga tentang prinsip-prinsip hak asasi manusia yang mendasari hubungan kerja di seluruh industri olahraga.
Ini menunjukkan bahwa keadilan harus dijunjung tinggi dalam mengelola konflik dan memutuskan sanksi terhadap perilaku individu, terutama di era di mana media sosial memperluas jangkauan dan dampak dari setiap tindakan atau pernyataan yang dilakukan oleh atlet profesional.***