GENMUSLIM.id – Wakil Presiden Indonesia yang ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, ternyata masih memiliki andil besar dalam perhelatan politik di Indonesia.
Meski saat ini Jusuf Kalla tidak lagi menjabat di pemerintahan, namun sebagai senior politik pendapat dan masukannya masih sangat dibutuhkan bagi perjalanan politik kedepannya.
Namun, siapa yang sangka, bahwa tidak hanya Indonesia yang mengetahui potensi besar Jusuf Kalla dalam berpolitik tapi juga hingga ke Palestina.
Diketahui pada Minggu, 05 Mei 2024 kemarin, Jusuf Kalla memiliki pertemuan penting dan tertutup dengan seorang petinggi dari Palestina guna membahas konflik yang saat ini terjadi.
Jusuf Kalla diminta bantuannya untuk memediasi Palestina dan Israel untuk mengakhiri perang yang banyak merenggut korban jiwa dari rakyat sipil.
Lalu siapakah perwakilan Palestina yang mengajak bertemu dengan mantan Wakil Presiden Indonesia ini?
Dari anggota delegasi Jusuf Kalla, Hamid Awaludin, dikatakan bahwa yang menghubungi dan meminta bertemu secara langsung dengan Jusuf Kalla adalah perwakilan dari Hamas sendiri.
Hamas, sebagai salah satu partai politik di Palestina, memiliki peranan penting dalam membina hubungan kepada negara-negara lain yang secara langsung mendukung kemerdekaan Palestina.
Baca Juga: Misteri Jabal Qaf: Induk Gunung Misterius yang Dikabarkan Nabi Muhammad, Benarkah Ada Di Indonesia?
Hal ini Hamas lakukan untuk menjembatani Palestina dan Israel agar tercipta gencatan senjata secepatnya dan mengakhiri penderitaan rakyat Gaza yang sudah berlangsung selama 7 bulan.
Tidak hanya kepada Indonesia, Hamas juga aktif berinteraksi dengan Qatar, Turki hingga Rusia untuk merumuskan proposal terbaik yang mencakup keinginan rakyat Gaza terkait kebebasan dan kemerdekaan mereka.
Pertemuan dengan Jusuf Kalla ini dilakukan di sebuah tempat di Kuala Lumpur, Malaysia yang dihadiri langsung oleh Pejabat Biro Politik yang juga sebagai Wakil Kepala Urusan Internasional Hamas, Dr Bassem Naim.
Selain itu, pertemuan ini juga didampingi oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Pertemuan ini salah satunya terfokus pada penghentian aksi kekerasan yang mengorbankan banyak rakyat sipil hingga kini sudah mencapai 34.000 jiwa lebih.
