GENMUSLIM.id – Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Tengah, Indonesia, hampir separuh hidupnya dihabiskan di dalam penjara.
Pulau Buru adalah salah satu tempat yang pernah ia rasakan, di pulau ini karya besar Pramoedya Ananta Toer lahir, yaitu novel Bumi Manusia.
Roman tetralogi Pulau Buru yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer atau lebih dengan nama Pram ini terdiri dari 4 novel: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Dikalangan pecinta sastra, keempat novel karya Pramoedya Ananta Toer yang tergabung dalam Tetralogi Pulau Buru tersebut mendapat tempat khusus.
Selain kisah perjuangan Pramoedya Ananta Toer dalam menulis tetralogi pulau Buru tersebut, namun terdapat kisah tragis di dalam novel Bumi Manusia antara Minke dan Annelis.
Walau dalam keadaan terbatas dan tersiksa di pembuangan, tak membuat Pramoedya Ananta Toer menyerah dengan keadaan.
Dari tangannya dalam keadaan yang tragis lahirlah karya besar yang mampu membuat siapa saja yang membacanya terpukau, salah satunya novel Bumi Manusia.
Tidak hanya Tetralogi Pulau Buru, Pramoedya Ananta Toer juga melahirkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.
Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer dianugerahi pelbagai penghargaan internasional, di antaranya: The PEN Freedom-to-write Award pada 1988, Ramon Magsaysay Award pada 1995, Fukuoka Culture Grand Price, Jepang pada tahun 2000, tahun 2003 mendapatkan penghargaan The Norwegian Authors Union dan tahun 2004 Pablo Neruda Lagos Escobar.
Sampai akhir hidupnya, ia adalah satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar pemenang Nobel Sastra.
Baca Juga: One Piece: Masih Menjadi Misteri, Seberapa Hebat Kekuatan Sebenarnya Admiral Kizaru?
Novel tetralogi pulau Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20.