Namun seorang pejabat Hamas mengatakan hal tersebut tidak masuk akal.
Semua warga sipil menjadi korban dalam serangan tersebut, ini adalah peningkatan perang genosida yang didukung oleh Amerika.
Hal tersebut membuktikan bahwa Israel tidak tertarik pada gencatan senjata.
Sementara itu Ameer Makhoul seorang aktivis dan penulis Palestina yang tinggal di Israel mengatakan pada MEE,
Bahwa Perdana Menteri Netanyahu talh kehilangan kendali atas pengelolaan situasi sehubungan dengan perjanjian genjatan senjata.
Baca Juga: Katherine M. Franke, Profesor Universitas Columbia Dipecat Setelah Suarakan Isu Hak Palestina
“Netanyahu dihadapkan padi pilihan untuk melakukan ledakan regional atau semacam kesepakatan,” kata Makhoul
“Namun pembantaian yang mengerikan ini mengungkap kepalsuan perselisihan AS-Israel,
Mengenai amunisi Amerika dan penggunaannya terhadap warga sipil Palestina apa yang disebut daerah aman.” lanjutnya.
Menurut Jurnalis Firas Abu Sharkh mengatakan bahwa pasukan Israel secara langsung menargetkan tim pertahanan sipil,
Dan Kementrian Kesehatan yang bekerja untuk memulihkan korban tewas dan terluka di Mawasi.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan sebuah pernyataan pada hari Sabtu bhwa ia memberikan perintah tetap untuk menghilangkan pejaba senior Hamas
Para petugas medis di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis mengatakan kewalahan dengan banyaknya jenazah dan orang-orang yang terluka setelah serangan terhadap Mawasi.
Al Jazeera melaporkan bahwa tim medis saat ini tidak memiliki kapasitas untuk merawat lagi.
Sejak serangan Israel pada bulan Oktober lalu telah menewaskan lebih dari 38.000 warga Palestina di Gaza.***