GENMUSLIM.id - Maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan tunggal saat hendak melakukan pendaratan di Bandara Internasional Muan Korsel.
Pesawat Jeju Air dengan tipe Boeing 737-800 harus mendarat dengan tidak sempurna dan mengakibatkan kecelakaan yang menewaskan ratusan orang penumpang serta awak kabin.
Permasalahan kecelakaan pesawat Jeju Air hingga kini masih menjalani analisis dan penyelidikan dari berbagai pihak salah satunya adalah kepolisian setempat.
Pemerintah Korea Selatan sendiri berniat untuk mengirimkan barang bukti dan bahan lain yang bisa di analisis oleh pihak penerbangan negara Amerika Serikat.
Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Pesawat Maskapai Jeju Air, Yuk Kenalan dengan Profil Pesawat Boeing 737-800 Ini
Polisi Korea Selatan sendiri sudah melakukan penggeledahan di Bandara Internasional Muan, kantor Jeju Air, dan lokasi lainnya terkait kecelakaan maut maskapai tersebut yang menewaskan 179 orang.
Surat perintah penggeledahan tersebut sudah dikeluarkan dengan tuduhan kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian, kata para pejabat kepolisian.
Polisi Provinsi Jeonnam melakukan operasi penggeledahan serta penyitaan di bandara tersebut.
Hal ini dilakukan oleh pihak kepolisian setempat untuk mencari titik permasalahan dan sebab terjadinya kecelakaan.
Pesawat penumpang Jeju Air yang terbang dari Bangkok menabrak dinding luar Bandara Internasional Muan saat melakukan pendaratan, menyebabkan 179 dari 181 orang di dalam pesawat tewas.
Baca Juga: Akhirnya! 174 Jenazah Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Kini Telah Berhasil Diidentifikasi Data Mereka
Dilansir GENMUSLIM dari Yonhap pada Sabtu 4 Januari 2025 adapun jasad 174 dari 179 korban jiwa kecelakaan pesawat Jeju Air di Muan, Korea Selatan, telah berhasil diidentifikasi dan dipulangkan ke keluarga masing-masing.
Melalui taklimat kepada keluarga korban di Bandara Internasional Muan, yang terletak 288 kilometer di selatan Seoul, pejabat Kementerian Agraria, Infrastruktur, dan Transportasi menyatakan masih memeriksa identitas lima korban lainnya.
"Dari 32 orang yang gagal diidentifikasi melalui sidik jari, kami berhasil mengidentifikasi 17 diantaranya lewat tes DNA tahap pertama, dan 10 lagi teridentifikasi melalui tes DNA tahap kedua," kata kementerian tersebut.
